Hallo Sobat Jenius, Pacu Jalur adalah
sejenis lomba dayung tradisional khas daerah Kuantan Singingi (Kuansing) yang
hingga sekarang masih ada dan berkembang di Propinsi Riau. Lomba dayung ini
menggunakan perahu yang terbuat dari kayu gelondongan yang oleh masyarakat
sekitar juga sering disebut jalur.Pacu
Jalur merupakan tradisi budaya turun-temurun yang diwariskan lebih dari 100
tahun oleh nenek moyang masyarakat Kuansing. Pada abad ke-17, Pada masa penjajahan Belanda pacu jalur diadakan untuk memeriahkan
perayaan adat, kenduri rakyat dan untuk memperingati hari kelahiran ratu
Belanda wihelmina yang jatuh pada tanggal 31 Agustus. Kegiatan pacu jalur pada
zaman Belanda di mulai pada tanggal 31 agustus s/d 1 atau 2 september. Perayaan
pacu jalur tersebut dilombakan selama 2-3 hari, tergantung pada jumlah jalur
yang ikut pacu.Pacu
jalur hanya digunakan sebagai alat transportasi bagi masyarakat yang tinggal
sepanjang aliran Sungai Kuantan. Seiring berjalannya waktu, jalur-jalur yang digunakan sebagai alat
transportasi tersebut semakin berkembang. Baik itu muncul jalur yang dihias
dengan ukiran indah dan khas, dilengkapi payu, selendang, tiang tengah
(gulang-gulang), serta lambai-lambai (tempat khusus bagi juru mudi berdiri).
Makna Tarian Pacu Jalur
Faktanya, tradisi turun-temurun ini memiliki makna dan filosofi yang sangat mendalam. Baik itu dari segi pembuatan perahu, hingga makna di setiap gerakan sang penari saat Pacu Jalur. Ditambah lagi, pembuatan jalur tidak dilakukan sembarangan. Sebelum mengambil kayu besar, seluruh masyarakat harus melakukan ritual terlebih dahulu. Tujuannya untuk menghormati dan meminta izin kepada hutan belantara saat mengambil kayu yang besar.
Satu jalur bisa menampung 50-60 orang (anak pacu), dan setiap orang di perahu memiliki tugas masing-masing. Baik itu Tukang Concang (komandan atau pemberi aba-aba), Tukang Pinggang (juru mudi), dan Tukang Onjai (pemberi irama dengan cara menggoyang-goyangkan badan), dan terakhir adalah Tukang Tari atau Anak Coki yang berada di posisi paling depan.
Menariknya, posisi Tukang Tari hampir selalu diisi oleh anak-anak. Alasannya karena anak-anak memiliki berat badan yang tergolong ringan. Dengan begitu, perahu tetap bisa melaju dengan lincah. Uniknya, gerakan yang dilakukan Anak Coki memiliki makna tersendiri. Anak Coki menari di depan jalur kalau perahu yang dikendarainya unggul. Kalau sudah sampai garis finish, Anak Coki akan langsung sujud syukur di ujung perahu.
0 Comments:
Posting Komentar